source : okemanado.com |
Belakangan, bioskop-bioskop Indonesia digemuruhi oleh kedatangan film fenomenal yang berjudul " Fast Furious 7 ". Muda-mudi Indonesia berduyun-duyun datang memenuhi seluruh bioskop di Indonesia. Entah mereka tertarik pada aktor, pada jalan cerita dan lain sebagainya. Yang jelas tanggapan muda-mudi Indonesia begitu mengejutkan sekaligus menjadi ajang tempat kencan mereka dengan pasangannya dan mengisi waktu luang di kala liburan. Tapi di lain sisi sebetulnya ada juga film yang bisa lebih mendidik para generasi muda. Tjokroaminoto yang hampir berbarengan tayang dengan Fast Furious seakan tidak bisa menandingi keberadaan Fast Fourious. Muda-mudi lebih memilih Fast Furious 7 ketimbang Tjokroaminoto. Ini berdasar pada kunjungan saya ke bioskop ketika saya hendak menonton Tjokroaminoto. Bangku bioskop tak terisi penuh, beda halnya dengan film-film impor lainnya.
Dalam benak saya ini fenomenal bukan masalah biasa. Ada yang salah pada generasi muda kita. Tjokroaminoto yang pada dasarnya adalah seorang tokoh bangsa bahkan guru bangsa tidak dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana mungkin mereka mau menonton Tjokroaminoto yang secara pribadi dan pengetahuan mereka tidak mengenalnya. Mereka lebih mengenal Paul Walker ketimbang HOS Tjokroaminoto. Soekarno sendiri pernah mengatakan JAS MERAH ( Jangan sekali-kali melupakan sejarah ). Ya, bangsa yang besar pasti mengahargai sejarah dan jasa para pahlawan mereka. Indonesia bukan bangsa yang besar, karena tidak mampu menngingat sejarah bangsanya sendiri. Masih banyak juga orang yang menganggap Budi Utomo merupakan seorang tokoh, padahal itu adalah sebuah organisasi.
Tren anak muda saat ini memang sudah jauh dari sifat-sifat kebangsaan. Film Indonesia kalah saing dengan Film luar negeri, bukan karena siapa-siapa karena generasinya sendiri. Ketidakcintaan akan Indonesia yang membuat Indonesia sendiri begini. Itulah mengapa produk-produk Indonesia tidak ada yang go internasional. Masyarakatnya saja tidak mau melestarikan apalagi menjadi duta-duta produk Indonesia. Bagaimana mungkin Film Indonesia hendak maju jika kejadiannya seperti yang satu ceritakan diatas tadi? Ini harus disadari dengan betul oleh semua anak muda di Indonesia. Boleh saja mengikuti tren yang ada, tapi jangan lupakan yang tak kalah penting ketimbang tren itu sendiri. Kecintaan kita yang akan membuat bangsa ini maju. Bahkan saya pernah mendengar cerita dari teman saya yang sudah menonton Fast Furious sebanyak dua kali. Dalam benak saya mengapa dia begitu bangga menceritakan itu pada saya. Bagi saya sama sekali tiada prestige-nya menonton film sebanyak dua kali itu, norak iya. Pesan saya hanya satu marilah kita orang Indonesia mencintai segala suatu yang Indonesia baik itu film, produk dsb. Kalu bukan kita agen bangsa ini, siapa lagi?
No comments :
Post a Comment