Thursday, April 30, 2015

Naik Gaji, Tingkatkan Kualitas Kerja

source : i08eusebiochrysnamurti.blogspot.com
Hari ini adalah hari yang sering disebut "Mayday". Disebut Mayday karena di peringati pada hari pertama di bulan Mei. Mayday ialah sebutan bagi hari buruh yang tiap tahun diperingati bahkan dijadikan hari libur nasional. Tiap tahunnya pula, para buruh berdemonstrasi turun ke jalan menyuarakan aspirasi mereka terkait tingkat kesejahteraan yang mereka terima. Aksi demonstrasi tidak lain dan tidak bukan ialah meminta pemerintah agar memperhatikan kesejahteraan para buruh. Kesejahteraan dalam hal ini identik dengan upah atau gaji yang diberikan perusahaan kepada para buruh. Para buruh pun menolak kenaikan UMR 5 tahun sekali. 

Dalam membahas hal ini tentuk kita harus melihat dari dua sudut pandang, yang pertama ialahg sudut pandang buruh dan yang kedua ialah sudut pandang perusahaan.

Sudut Pandang Buruh
Dalam sudut pandang buruh pasti mereka menginginkan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Gaji yang tinggi, dan segala resiko yang ditanggung perusahaan. Seperti jaminan kesehatan, jaminan kesejahteraan, jaminan hari tua dll. Mereka beekrja mengeluarkan tenaga secara logis harus dimanusiakan dengan memberikan kesejahteraan yang sewajarnya. Di tiap peringatan hari buruh itulah yang mereka perjuangkan kepada pemerintah, agar pemerintah memperhatikan dan membuat regulasi terkait dengan tingkat upah minimum regional yang berpengaruh kepada kesejahteraan mereka. Alasan satu-satunya yang paling kuat ialah dengan bertambahnya kebutuhan maka bertambah pula pengeluaran dan juga kenaikan harga belakangan ini yang mengakibatkan mereka semakin sulit. 
Sudut Pandang Perusahaan
Dalam sudut pandang perusahaan pasti selalu berpikir untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Sehingga terkadang tidak dapat dipungkiri demi mencapai hal tersebut kesejahteraan para buruhlah yang ditekan. Kemampuan serta pengalaman yang minim pun menjadi bahan pertimbangan untuk menekan kesejahteraan para buruh tersebut. Perusahaan akan selalu melihat hasil dan juga produktivitas para pekerjanya. Jika pekerja tidak membuat perusahaan semakin menguntungkan maka tentu mereka pun tidak segan-segan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Untuk menyelesaikan persoalan ini, pemerintah berada pada titik yang paling membingungkan. Di sisi buruh mereka menginginkan upah yang manusiawi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, di sisi lain jika pemerintah memaksakan kehendak membuat regulasi tentang upah minimun yang amat tinggi, makan bukan tidak mungkin akan banyak tenaga kerja yang di PHK. Ini menjadi persoalan yang amat dilematis. Pendidiakan serta pengalaman para buruh Indonesia pun tidak memadai, bagaimanamungkin perusahaan mau membayar dengan predikat 'wah'. Di sisi lainnya lagi, di era digital ini sebetulnya tidak banyak lagi tenaga kerja yang dibutuhkan. Maka dari itu, menurut saya hal yang paling baik dilakukan pertama adalah meningkatkan kualitas kerja para buruh. Bila buruh menginginkan gaji/upah yang tinggi maka satu-satunya hal yang harus ia lakukan ialah meningkatkan kualitas kerja. Dengan begitu maka akan bertemu titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran kerja dengan tingkat gaji yang bisa ditetapkan pemerintah.

Tuesday, April 28, 2015

Mendukung Eksekusi Mati Jilid II

source : dikabarin.com
Jika tidak terjadi penundaan, beberapa saat lagi sembilan orang terpidana mati akan dieksekusi. Para pelaku kejahatan narkoba tersebut dikabarkan saat ini sudah mendekam di Lapas Besi Nusakambangan, Cilacap. Tentu dalam hal ini kita patut mengapresiasi pemerintah yang tidak gentar ancaman Internasional yang meminta Presiden Joko Widodo membatalkan eksekusi mati. Menteri Luar Negeri Australia, Presiden Perancis, Presiden Filipina termasuk Sekjen PBB Ban Ki Moon pun ikut campur terkait permohonan pembatalan eksekusi mati di Indonesia. Namun, pemerintah tidak menggubris bahkan tidak gentar sedikit pun terkait ancaman tersebut. Perancis sendiri memberi ancaman  luar biasa, bahwa mereka tidak segan-segan akan menarik Duta besar mereka yang ada di Indonesia, serta semua perjanjian yang sudah dibuat dengan Presiden Joko Widodo pada saat pelaksanaan G-20 akan dikaji ulang apabila eksekusi terus berjalan terhadap salah satu warga negara Perancis tersebut. Hal tersebut adalah bukti nyata bahwasanya ancaman yang diterima oleh Pemerintah bukan ancaman yang ringan, melainkan sebuah ancaman yang serius terkait hubungan bilateral kedua negara. Australia merupakan sebuah negara mitra Indonesia yang berjasa pada saat Indonesia mengalami bencana Tsunami 2004 di Aceh mengecam dengan serius tindakan Indonesia yang hendak mengeksekusi dua warga negaranya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang terlibat dalam Bali Nine. 

Pengamat-pengamat Hukum Internasional pun menyatakan bahwasanya tidak ada hak intervensi negara lain terhadap hukum Indonesia. Mereka hanya bisa melakukan diplomasi permohonan maaf kepada Presiden atau apa yang sering disebut Grasi. Jika Presiden menolak grasi maka eksekusi akan segera dilaksanakan. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tidak ada kata ampun bagi kasus Narkotika. Narkotika telah merenggut nyawa manusia dengan jumlah yang luar biasa. Serta bagi Presiden Jokowi Indonesia saat ini sedang mengalami darurat Narkoba. Diindikasikan dengan banyaknya pengguna narkotika, mirisnya penggunanya ialah generasi muda Indonesia. Mereka-mereka yang membawa barang haram tersebut ke Indonesia lah yang berperan mengembang-biakkan bisnis narkotika di tanah air. Maka wajarlah bila Presiden Jokowi tidak menggubris sama sekali pengajuan grasi yang diajukan oleh para terpidana mati. 

Kita selaku masyarakat patut mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Dalam hal ini pelaksaan eksekusi mati dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung. Kita juga patut mengapresiasi Kejaksaan Agung yang dengan berani akan melaksanakan eksekusi mati jilid II ini. Sebelumnya, eksekusi Jilid I telah berjalan dengan baik walaupun terjadi ancaman sana dan sini. Masyarakat harus mendukung pemerintah untuk berdiri tegap melawan ancaman yang sedang menimpa bangsa kita. Kita tahu tentu pelaksanaan eksekusi mati ini akan berdampak kepada kerjasama Internasional Indonesia. Disamping kita harus berdaulat di negara sendiri melalui penegakan hukum tentu kita juga harus menjaga kerjasama Internasional yang begitu penting juga bagi Indonesia. Kita tetap harus menjaga eksistensi Indonesia di dunia Internasional dengan tetap menjaga citra Indonesia di mata dunia. Dalam hal pemberian hukuman mati terkait kasus narkoba, saya setuju dengan Presiden Joko Widodo bahwa tidak ada ampunan bagi terpidana mati kasus narkotika.

Tuesday, April 21, 2015

Memilih Fast Furious 7 ketimbang Tjokroaminoto

Image result for tjokroaminoto
source : okemanado.com
Belakangan, bioskop-bioskop Indonesia digemuruhi oleh kedatangan film fenomenal yang berjudul " Fast Furious 7 ". Muda-mudi Indonesia berduyun-duyun datang memenuhi seluruh bioskop di Indonesia. Entah mereka tertarik pada aktor, pada jalan cerita dan lain sebagainya. Yang jelas tanggapan muda-mudi Indonesia begitu mengejutkan sekaligus menjadi ajang tempat kencan mereka dengan pasangannya dan mengisi waktu luang di kala liburan. Tapi di lain sisi sebetulnya ada juga film yang bisa lebih mendidik para generasi muda. Tjokroaminoto yang hampir berbarengan tayang dengan Fast Furious seakan tidak bisa menandingi keberadaan Fast Fourious. Muda-mudi lebih memilih Fast Furious 7 ketimbang Tjokroaminoto. Ini berdasar pada kunjungan saya ke bioskop ketika saya hendak menonton Tjokroaminoto. Bangku bioskop tak terisi penuh, beda halnya dengan film-film impor lainnya.

Dalam benak saya ini fenomenal bukan masalah biasa. Ada yang salah pada generasi muda kita. Tjokroaminoto yang pada dasarnya adalah seorang tokoh bangsa bahkan guru bangsa tidak dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Bagaimana mungkin mereka mau menonton Tjokroaminoto yang secara pribadi dan pengetahuan mereka tidak mengenalnya. Mereka lebih mengenal Paul Walker ketimbang HOS Tjokroaminoto. Soekarno sendiri pernah mengatakan JAS MERAH ( Jangan sekali-kali melupakan sejarah ). Ya, bangsa yang besar pasti mengahargai sejarah dan jasa para pahlawan mereka. Indonesia bukan bangsa yang besar, karena tidak mampu menngingat sejarah bangsanya sendiri. Masih banyak juga orang yang menganggap Budi Utomo merupakan seorang tokoh, padahal itu adalah sebuah organisasi. 

Tren anak muda saat ini memang sudah jauh dari sifat-sifat kebangsaan. Film Indonesia kalah saing dengan Film luar negeri, bukan karena siapa-siapa karena generasinya sendiri. Ketidakcintaan akan Indonesia yang membuat Indonesia sendiri begini. Itulah mengapa produk-produk Indonesia tidak ada yang go internasional. Masyarakatnya saja tidak mau melestarikan apalagi menjadi duta-duta produk Indonesia. Bagaimana mungkin Film Indonesia hendak maju jika kejadiannya seperti yang satu ceritakan diatas tadi? Ini harus disadari dengan betul oleh semua anak muda di Indonesia. Boleh saja mengikuti tren yang ada, tapi jangan lupakan yang tak kalah penting ketimbang tren itu sendiri. Kecintaan kita yang akan membuat bangsa ini maju. Bahkan saya pernah mendengar cerita dari teman saya yang sudah menonton Fast Furious sebanyak dua kali. Dalam benak saya mengapa dia begitu bangga menceritakan itu pada saya. Bagi saya sama sekali tiada prestige-nya menonton film sebanyak dua kali itu, norak iya. Pesan saya hanya satu marilah kita orang Indonesia mencintai segala suatu yang Indonesia baik itu film, produk dsb. Kalu bukan kita agen bangsa ini, siapa lagi?




Saturday, April 18, 2015

Berdiri Sama Tinggi, Duduk Sama Rendah


Image result for pancasila
source : remaja-berencana.blogspot.com
Banyak sekali istilah-istilah yang esensial yang sifatnya hanya ada di Indonesia yang tidak ada padanan kata yang tepat bila diterjemahkan ke bahasa asing. Ir.Soekarno ketika merumuskan dasar negara dia memberikan tiga ide alternatif dasar negara Indonesia. Yang pertama  bisa dijabarkan dalam lima sila (pancasila), yang kedua diajabarkan dalam tiga sila (trisila), dan yang terakhir bisa dijabarkan dalam satu sila (Ekasila) yang disebut Ir.Soekarno "Gotong Royong". Ir.Soekarno mengatakan bahwasanya apa yang ia kemukakan bukan atas dasar pemikirannya sendiri, melainkan itu semua digali dari nilai-nilai yang terkandung dalam bangsa Indonesia. Lebih lanjut, gotong royong itu memiliki makna yang khusus yang tidak bisa dipadankan dengan kata lain dalam bahasa asing. Sebab gotong royong itu memiliki arti memiliki perasaan sepenanggungan dalam melakukan sesuatu. Gotong royong memiliki arti yang lebih dari kata help, sebab membantu bisa saja belum memiliki rasa sepenanggungan. Terlepas entah dari mana kata-kata itu didapat oleh Soekarno yang jelas bangsa Indonesia punya nilai-nilai yang amat esensial yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.

Selain itu kita mengenal kalimat yang berbunyi " Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah ". Boleh dikatakan istilah ini hanya ada di Indonesia. Nilai-nilai pancasila terkandung di dalamnya. Tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan yang lain. Ini sangat berbeda dengan Ideologi kapitalis yang mana mengakui adanya perbedaan dan persaingan dalam kehidupan. Tetapi pancasila menyatakan " Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah ". Kita bisa mengetahui seberapa hebatnya nilai-nilai bangsa Indonesia yang digali asli dari bangsa Indonesia. Namun lagi-lagi yang menjadi persoalan apakah nilai-nilai tersebut masih hidup dalam perlakuan perbuatan kita? Kita semua tahu bahwasanya persaingan begitu sengit, baik itu persaingan pendidikan, persaingan ekonomi, persaingan budaya dll. Itu menyatakan bahwasanya kita berdiri tidak sama tinggi dan duduk tidak sama rendah. Ideologi komunis memperjuangkan supaya masyarakatnya berdiri sama tinggi duduk sama rendah, namun mengesampingkan adanya Tuhan yang berkuasa atas manusia. Mereka tidak sepaham dengan kaum borjouis yang menguasai kaum proletar. Sehingga semua masalah ekonomi dikuasai negara dan distribusi  pendapatan di kuasai negara sehingga tidak ada lagi kaum borjouis dan proletar. 

Satu hal yang unik dalam Pancasila ialah Indonesia bukan negara Teokrasi namun menaruh Ketuhanan Yang Maha Esa di silanya yang pertama. Kebebasan beragama benar-benar diakui di Indonesia. Satu esensi yang tidak ada di Ideologi negara lain. Betapa rendahnya hati para founding fathers kita. Dalam pembukaan UUD  1945 yang berbunyi :"Dengan rahmat Allah....". Mereka mengakui jika bukan karena kemahakuasaan Tuhan maka tiadalah negara ini terbentuk. Sehingga nilai pancasila itu mewakili semuanya : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan yang benar-benar digali dari bangsa Indonesia ini. Bagi kita yang hidup dimasa sekarang ini, sudah seharusnya kita mempertahankan serta melestarikan nilai-nilai Pancasila. Pancasila adalah sebuah konsensus (sebuah kesepakatan) maka dari itu kita sudah sepakat untuk berpancasila dengan sebaik-baiknya. Ketika kita sudah beragama dengan baik, melakukan pekerjaan dengan jujur, disitulah kita sudah ber-Pancasila.

Tuesday, April 14, 2015

Gadget For Baby; Good or Bad

Image result for bayi yang bermain hp
source : oscar19th.wordpress.com
Hari ini saya mendapatkan mata kuliah perkembangan peserta didik, salah satu mata kuliah wajib bila mengambil jurusan kependidikan. Pada kesempatan kali ini kami membahas tentang perkembangan seorang bayi mulai dari pranatal hingga pascanatal dalam perspektif psikologi. Yang menarik bagi saya saat dosen saya ini menggambarkan yang mana orang tua dengan bangga sebagai wujud modernitasnya memberikan gadget sebagai alat permainan sang anak tersebut. "Itu tidak sama sekali modern" cetusnya. Dengan alasan sensori anak akan tumbuh dengan lambat bahkan ia bisa saja bertumbuh menjadi anak yang individualistis. Di masa bayi adalah pembentukan bagaimana ia kelak hidup di masa remaja dan dewasa, maka bodohlah orang tua yang memberi bayinya sebuah gadget.

Dalam hati saya berpikir, betul juga ya apa yang dikatakan dosen saya ini. Masalahnya tak jarang kita lihat orang tua yang memberi anak dibawah dua tahun mengoperasikan gadget/i-pad/atau alat komunikasi modern lainnya. Sang anak pasti tidak peka terhadap rangsangan atau stimulus lingkungannya. Justru sang bayi harus diberikan latihan untuk melatih rangsangan sensori dan motoriknya. Mungkin bisa saja orang tua beralasan ya ini kan sudah di era modern, tapi benar apa yang dikatakan dosen saya " Itu sama sekali tidak modern ". Saya membayangkan itu adalah pembodohan yang amat sangat luar biasa yang diberikan orang tua kepada anaknya. Atau secara tidak langsung orang tuanyalah yang membuat anak tersebut tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahannya kemudian di masa-masa remajanya mungkin ia akan tumbuh menjadi anak yang sulit diterima atau sulit bergabung dan beradaptasi dengan anak-anak seusianya dan mungkin bisa saja bertumbuh menjadi anak yang anti sosial.

Saya kira ini permasalahan serius, setiap orang tua harus menyadari bahwasanya di usia-usia tertentu anak tidak boleh diberi gadget dsb. Ketika ia bertumbuh lebih dewasa mungkin sudah dapat diberi, karena mungkin ada faktor kebutuhan. Yang jelas adalah masa bayi adalam masa emas dimana kepribadian, perkembangan mental dan emosi serta pembentukan karakter di masa yang akan datang ditempa dan ditempa pada usia emas tersebut, jadi orang tua harus benar-benar concern dan peduli terhadap anaknya di usia emas ini. Sebab bagaimana sang anak bertumbuh dan berkembang kedepan di tentukan pada saat ia berada di usia dini.

Monday, April 13, 2015

Jangan Mudah Dikasihani

'Dikasihani' memiliki konotasi negatif yang memiliki seseorang diberi karena ada rasa iba pada diri orang lain. Jadi sekali-kali kita jangan pernah mau dikasihani oleh siapapun, apalagi itu terkait dengan perjuanganmu. Jika dalam perjuangan kita berharap rasa iba dari orang lain, itu sama saja perjuangan kita dilecehkan oleh orang lain. Peminta-minta di pinggiran jalan berharap iba dan kasihan oleh orang lain hanya demi beberapa keping receh. Sebetulnya itu adalah sebuah bentuk perendahan derajat. Itu hanya karena kemalasan mereka untuk bekerja, sehingga mereka mengharap iba orang lain yang notabennya merendahkan diri mereka sendiri. 
source : 1001kisahpenuhhikmah.blogspot.com
Tulisan ini bukan menyinggung para peminta-minta di perempatan jalan, tapi juga semua yang hendak membaca tulisan ini. Ternyata berharap kasihan dari orang lain itu wujud kepasrahan kita atas kemalasan diri kita sendiri. Sesungguhnya kita mampu dan sanggup, namun karena kemalasan maka tidak ada hal yang berharga yang bisa kita lakukan. Peminta-minta di jalan itu bukan karena bodoh atau karena mereka tidak punya keahlian tapi justru karena mereka malas bekerja dan malas berhubungan dengan orang lain. Bagi mereka mungkin menyenangkan duduk di perempatan jalan dengan menengadahkan tangan sambil bermuka melas dan mengais pundi-pundi rupiah tanpa ada hal berharga yang meletihkan yang harus mereka lakukan. Kepasrahan mereka yang membuat mereka demikian. Padahal, jika mereka mau bekerja maka derajat mereka pun tak mungkin serendah itu. 

Di dalam kehidupan kita berjuanglah sebisa mungkin untuk tidak mengharapkan rasa kasihan oleh orang lain. Baik itu pekerja, pelajar, mahasiswa dsb. Dapatkanlah yang pantas kita dapatkan atas wujud kerja keras yang kita lakukan. Orang yang berjuang dan mendapatkan hasil pasti lebih tinggi derajatnya ketimbang orang yang pasrah yang menharap iba dari orang lain. Kita akan dipandang dan disegani sebagai orang yang tak mudah disegani oleh karena kita berjuang bukan untuk hasil namun kita berjuang untuk sebuah proses menuju kesuksesan. Kupu-kupu tidak akan bisa terbang jika tidak melalui segelintir proses yang menyiksa dirinya. Begitupun rajawali tidak akan bisa lama bertahan hidup tanpa melalui proses yang menyakiti dirinya sendiri. Itulah wujud kesengsaraan yang membawa kesuksesan. Jangan mudah dikasihani oleh orang lain, ada kalanya kita menolak pertolongan yang merendahkan diri kita.

Friday, April 10, 2015

Wejangan Menghadapi Ujian Nasional

source : jejakperahu.wordpress.com
Tinggal beberapa hari lagi adik-adikku yang duduk di Kelas XII atau di kelas akhir jejang Sekolah Mengengah Atas (SMA) akan menghadapi Ujian Nasional. Dari pengalaman ke pengalaman memang Ujian Nasional tampak menakutkan karena itu seakan ujung tombak perjuangan mengenyam banku pendidikan selama 3 Tahun. Namun berdasarkan pengalaman saya ternyata Ujian Nasional tak sesulit yang saya bayangkan terlebih bagi mereka yang sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Hal-hal yang membuat kita takut diantaranya ialah soal yang begitu abstrak yang belum bisa kita bayangkan apa yang sekiranya akan diujikan. Lagi-lagi dari tahun-ke-tahun soal Ujian Nasional tidak jauh berbeda berdasar kepada materi dengan Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya. 

Banyak Berdoa
Jangan pernah menyepelekan kekuatan doa. Tanpa kemahakuasaan Tuhan dan tanpa pertolongan Tuhan seberapa hebatpun anda, tentu anda tidak akan pernah sanggup menyelesaikannya. Rendahkanlah hati dihadapan Tuhan yang memberikan anda kekuatan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Tentu hal ini juga akan membuat pikiran anda tenang selama menghadapi ujian nanti.
Ubah Persepsi
Bagi saya mengubah persepsi itu amatlah penting. Persepsi apa yang harus dirubah? Ialah persepsi yang menganggap bahwasanya Ujian Nasional itu adalah pertarungan hidup dan mati. Adik-adik semuanya harus membuat persepsi bahwa Ujian Nasional tidak sesusah yang kita bayangkan dan optimis bahwa kita dapat mengerjakan dan menyelesaikannya. Sebab jika ada persepsi kearah pesimis itu akan mempengaruhi kita dalam menghadapi Ujian Nasional tersebut. 

Persiapkan Diri
Yang tak kalah penting ialah persiapan diri. Sebelum menghadapi Ujian Nasional tentu kita harus mempersiapkan diri kita. Baik materi maupun kesiapan alat-alat tulis dan alat lainnya yang akan kita pergunakan selama ujian. Sebisa mungkin hindari keburu-buruan yang akan membuat kalian panik sehingga semuanya dapat berantakan dan membuat pikiran kalian buyar. Malasalah mempersiapkan diri itu hanya dapat diselesaikan oleh diri kita sendiri, tolak ukurnya ada dalam diri kita. 

Tinggalkan dahulu yang kurang penting
Satu minggu sebelum ujian dan pada saat ujian sebaiknya anda jangan melakukan hal-hal yang kurang penting. Bagi anda yang hobi nongkrong atau mungkin suka kelayapan selama ini, untuk satu minggu kedepan sebaiknya jangan dilakukan. Karena hal tersebut dapat memecah konsentrasi anda ketika menghadapi Ujian. Bagi kalian yang hobi bermain warnet sebaiknya jangan dilakukan, begitupun bagi kalian yang mungkin punya pacar, lupakan sejenak pacar kalian karena Ujian Nasional ini menyangkut kepada masa depan kalian di masa yang akan datang. Jangan relakan masa depanmu hancur hanya karena satu dua hal yang kurang penting. 

Jaga Kesehatan
Kesehatan menjadi faktor utama dalam menghadapi ujian. Sebab seberapa mantap pun persiapan kalian tentu tidak akan ada artinya apabila pada saat ujian kalian tidak sehat. Banyaklah memakan makanan 4 sehat 5 sempurna. Perbanyak minum susu yang konon akan meningkatkan kecerdasan manusia. Berolahraga secara rutin namun jangan terlalu berat. 

Dan selama ujian berjuanglah dengan jujur, orang akan lebih menghargai hasil dari jerih payahmu sendiri ketimbang mendapat hasil bagus namun bukan hasil keringatmu sendiri. Jangan mau merasakan asin keringat orang lain tapi jilatlah keringatmu sendiri itu akan jelas lebih nikmat. Bersikap sopan santu ketika pengawas sudah memasuki ruangan, jangan melakukan tindakan aneh yang mencurugikan walau tak ada niatan sedikitpun untuk mencontek. Bisa saja anda dituduh dengan tindakan aneh yang anda lakukan. Kerjakan sebaik mungkin dan mintalah pertolongan kepada Tuhan.

Menyoal Budaya Malu

source : dinararisandy.wordpress.com [ tanyakan pada diri anda apa yang bisa anda lakukan ]  
Kemarin saya mengikuti seminar yang dipersembahkan CSR XL axiata yang berjudul XL Future Leader dengan program University Roadshow. Sepesialnya UNJ adalah kunjungan pertama University Roadshow tersebut. Tidak bukan dan tidak lain tujuan dari acara ini ialah menemukan pemimpin-pemimpin baru Indonesia dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia baik itu negeri maupun swasta. Namun satu hal yang menarik yang menjadi bahan pembicaraan ialah menyangkut dengan Efective Communication. Dari narasumber yang hadir pada saat itu, Indonesia punya satu penyakit yaitu budaya malu. Malu dalam hal ini dalam menyatakan pendapat. Singgungnya, para mahasiswa saat ini tidak lagi dapat berkomunikasi dengan baik bahkan cenderung malu dalam mengemukakan pendapat. Diajukanlah pertanyaan spontan kepada seluruh hadirin yang notabennya ialah mahasiswa. Apakah kalian sering bertanya atau menyanggah dosen di dalam kelas? Dan tidak ada satupun yang menjawab, justru respon dari para peserta ialah tertawa menyadari. Sebetulnya keberanian mengemukakan pendapat itu ialah suatu kemampuan intelektual. Ya, memang Indonesia menganut budaya malu yang sangat tinggi. Kemudian narasumber membandingkan mahasiswa di Indonesia dengan mahasiswa di negara lain seperti negara maju di Eropa dan di Amerika. Dijelaskan bahwasanya mahasiswa di luar negeri itu cenderung aktif yang berisi. Lebih lanjut ia mengatakan nyeletuk saja tidak baik, melainkan harus didasari secara ilmiah jika ingin mengemukakan pendapat. 

Budaya malu itu sebenarnya harus kita kurangi. Bukan berarti mengurangi budaya malu justru menjadi tidak sopan terhadap siapa saja yang menjadi lawan bicara kita. Paling tidak kita tidak lagi seperti manusia yang dilakban mulutnya sehingga tidak dapat bersuara atau menyuarakan kebaikan. Kuliah itu adalah sebuah ibadah yang pastinya memberikan kita kebaikan. Kita harus berkaca kepada pesaing-pesaing kita dalam dimensi global. Seperti negara-negara maju di Eropa dan Amerika bahkan negara tetangga kita Malaysia saja sudah bisa menjadi teladan bagi kita. Dalam angka competitiveness index Indonesia berada di peringkat bawah dari semua negara anggota ASEAN yang mana peringkat pertama diduduki Singapura dan Malaysia berada di atas Indonesia. Ini yang menjadi tantangan bagi kita, khususnya para mahasiswa yang seharusnya menjadi Agent of Change yang dapat memberikan perubahan bagi bangsa dan negara. Lebih lanjut, dalam waktu dekat ini kita akan menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) yang mana pasti berbuahkan kompetisi. Bayangkan jika usia-usia produktif Indonesia tidak mampu bersaing tentu kita akan kalah dalam pertarungan.

Jelas kita ketahui bahwasanya MEA ialah free trade, yang mana pekerja semua kebutuhan masyarakat bukan saja hasil produk Indonesia melainkan hasil dari seluruh negara anggota ASEAN. Pertama yang harus kita lakukan menyangkut budaya malu yang lebih tinggi ialah jangan lagi takut di dalam mengemukakan pendapat. Sebab jika membandingkan pengetahuan antara mereka yang hidup di negara maju dibanding kita yang hidup di Indonesia jelas kita tidak kalah. Yang menjadi persoalan besar, kemauan kita untuk muncul dan menunjukkan diri kita ke mata dunia belum begitu berani. Jadi, marilah anak muda kita satukan tekad berjuang bagi Indonesia dan membawanya ke mata dunia.