Thursday, January 15, 2015

Seperti Ember Kosong

source : id.gofreedownload.net
Saya berpikir sejenak, jika seorang murid tidak mendengarkan petuah ataupun ajaran dari gurunya, bagimana mungkin ia dapat pintar? Jikalau ia pun menjadi pintar, darimanakah ia dapatkan ilmu tersebut. Bagi saya pendidikan memang bukan hanya disekolah saja, tetapi pendidikan yang sebenarnya adalah bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan dan sosial. Darisanalah kita akan belajar banyak dalam hidup ini. Lantas adakah kesempatan bagi orang bebal yang sulit diberitahu dan diajarkan mendapatkan ilmu yang lebih?

Saya menggambarkan hal ini dengan menganalogikan sebuah ember. Mungkin anda tahu ember yang saya maksud yakni ember yang terbuat dari plastik yang biasa dipakai orang untuk mencuci pakaian. Kita bayangkan sebuah ember yang diisi dengan air. Ember kita analogikan sebagai otak kita yang masih kosong, hendak diisi dengan air yang bermakna ilmu. Ember yang masih kosong jika kita mengisinya dengan air tentu ember tersebut akan penuh. Tapi apa yang terjadi jika ember dalam keadaan penuh, tentu saat kita mengisinya dengan air, air tersebut akan tertumpah ke luar.

Inilah yang menarik dari ember kosong, ia memberi dirinya untuk diisi supaya penuh dengan air. Begitu pulalah diri kita. Sebaiknya sebelum menerima sebuah pembelajar, marilah kita kosongkan ember kita sehingga nantinya siap diisi dengan air yang baru. Jangan seperti ember penuh yang tidak bisa menerima ilmu yang diberikan sehingga ilmu tersebut jatuh berceceran. Hanya orang bodoh yang menganggap dirinya pintar. Diatas langit masih langit, dibawah tanah masih ada tanah. Jadi, dalam segala hal kita harus mengosongkan ember kita supaya lebih mudah diisi oleh orang lain. Danke_

No comments :

Post a Comment