![]() |
source : blog.ub.ac.id |
Hi Readers, saya jadi teringat kisah di masa kanak-kanak saat saya duduk belajar di taman kanak-kanak ( Tk). Saya memang sempat menikmati Tk selama dua tahun, Tk kecil dan Tk besar. Gak tau deh kenapa ada dua tingkatan Tk. Pada saat itu kami semua diberi kegiatan oleh guru untuk menggambar di kertas gambar yang bertemakan buah-buahan. Tringg...... ide-ide cemerlang saya langsung berontak untuk keluar. Yang saya gambar pada saat itu adalah sebuah mangga. Belum ada permasalahan sama sekali ketika saya menggambar mangga. Tapi ketika saya selesai menggambar pola sebuah mangga, saya mengambil pensil warna untuk mewarnainya. Mangga yang sewajarnya berwana hijau dan kuning saya warnai dengan warna coklat. Saya mewarnai dengan perlahan dan akhirnya seluruh bagian gambar terwarnai dengan pensil warna yang berwarna coklat. Lantas pekerjaan kami hendak dikumpulkan kepada guru kami.
Selang beberapa menit kemudian, setelah diperiksa saya dipanggil oleh guru saya. Lalu ia berkomentar terhadap gambar saya, karena gambar saya dinyatakan salah pada saat itu. Guru saya mengatakan 'Mangga itu warna hijau atau kuning nak'. Lalu beliau melanjutkan pertanyaannya 'Memang kenapa kamu menggambar mangga dengan warna coklat?' karena diajukan pertanyaan tentu saya menjawab 'Ya kan itu mangga busuk bu'. Saya menjawab dengan santai tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Saya mengambil hikmah dari kejadian ini, karena kelak saya juga mungkin akan berprofesi sebagai guru, apa sebenarnya yang salah dengan mangga busuk? Memang benar kan mangga busuk berwarna coklat. Lantas dimana permasalahanny? Mungkin inilah penyebab anak-anak Indonesia terkesan tidak kreatif dan monoton. Sesungguhnya apa yang saya gambar disana merupakan bentuk kreatifitas saya pribadi, tetapi justru dimentahkan begitu saja oleh guru saya. Saya berpikir kemudian banyak juga guru yang monoton dan kaku dalam mengajar, tentu akan menghasilkan anak didik yang kaku pula. Seharusnya, ketika guru melihat saya menggambar mangga yang berwarna coklat hendaknya guru tersebut menanyakan alasan terlebih dahulu kepada muridnya mengapa ia memberi warna tersebut. Jika jawabannya tepat dan masuk akal hendaknya harus diberikan nilai yang baik. Perbedaannya kan hanya antara mangga matang dan mangga busuk. Kedua-duanya masih dalam koridor buah-buahan. Jadi pesan saya untuk para guru dan calon guru, hendaknya kita kreatif dalam mendidik agar tercipta anak didik yang kreatif pula. Trims_
No comments :
Post a Comment