Sunday, May 11, 2014

Mahal, belum menunjukkan kualitas

source : smh.com.au
Sesuatu yang mahal biasanya berkualitas dan mutu terjamin. Namun tidak untuk kenyataan yang satu ini. Saat ini marak dibicarakan di media elektronik terkait kasus kekerasan seksual terhadap muridnya. 
Jakarta International School ( JIS ) sebuah sekolah bertaraf Internasional yang didirikan pada tahun 1951 awalnya hanya untuk anak-anak ekspatriat yang bertugas di Jakarta. Sekolah yang memiliki 2400 siswa dari usia 3-18 tahun yang terdiri dari 60 negara ini berlokasi di Jalan terogong raya, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ketika anda lewat dan meilhat sepintas, sekolah ini layaknya sebuah benteng yang dilengkapi penjagaan yang ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk dengan mudah kesekolah ini. Namun mengapa justru kasus kekerasan seksual bisa terjadi di lingkungan sekolah ini. Bukankah semua yang dipekerjakan oleh sekolah tersebut adalah orang-orang yang berkualitas dan sudah terstandarisasi. 
Ternyata intervensi yang terjadi di lingkungan Jakarta Internasional School ( JIS ) bukan yang berasal dari pihak ekstern sekolah, melainkan dari pihak intern sekolah. Pihak sekolah menyatakan bahwa yang melakukan tindakan asusila bukan dari karyawan JIS, melainkan dari pihak PT. ISS selaku penyedia karyawan kebersihan. Timothy Carr kepala sekolah JIS menyatakan bahwa pihak yang harus bertanggung jawab adalah PT. ISS. Perusahaan tersebut yang melakukan recruit  para karyawan kebersihan. 
Sebagai sebuah sekolah yang berkualitas dan bukan sekolah murahan, apapun alasannya pihak sekolah tetap sebagai penanggungjawab penuh. Terkait dengan adanya pihak-pihak lain yang diajak kerjasama itu bukan urusan pihak lain. Yang jelas pihak JIS tentu harus melakukan Self Indentification kepada seluruh pegawai yang ada di instansinya. Tidak bisa dilepas saja, mengingat sekolah ini bukan sekolah murahan. 

Kasus yang terjadi di Jakarta Internasional School ini menjadi sebuah kasus yang tak perlu terjadi berulang-ulang kali. Mengingat yang menjadi korban adalah anak usia dini. Pendidikan itu banyak macamnya, ada pendidikan intelektual, pendidikan emosional, pendidikan spiritual, dan pendidikan karakter. Semua ini harus mutlak ada bagi semua sekolah yang ada di Indonesia ini. Anak-anak seharusnya dididik dengan baik, sehingga akan menghasilkan generasi yang baik bagi Indonesia kedepan. Kalau begini terjadi bagaimana nasib bangsa kita kelak. Kemendikbud selaku pihak yang harus menjaga perjalanan pendidikan Indonesia sangat kecolongan dengan terjadinya hal ini. Teguran keras seakan alert bagi kemendikbud untuk terus mengevaluasi setiap kriteria pendidikan dan menjamin kualitas pendidikan bagi seluruh anak bangsa. 
Mengingat pembukaan UUD 1945 tersurat kalimat " Mencerdaskan kehidupan bangsa " ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk lebih memperketat dan melakukan evaluasi terhadap setiap sekolah di Indonesia. 
source : merdeka.com
 Dibandingkan dengan pendidikan yang ada di desa (terlihat di gambar) guru tulus secara batin mengajar dan mengabdi memberi pengajaran yang akan berarti dikemudian hari bagi muridnya. Mungkin tanpa mengarapkan imbalan apapun. Pemerintah kurang memperhatikan hal yang seperti ini. Terlihat sepele, namun bukankah itu adalah pendidikan yang sebenarnya? Pendidikan yang mengajar kemampuan intelektual, kemampuan spritual, kemampuan emosional dan membentuk karakter. Sekolah tanpa biaya dan tanpa kelas sosial, namun dapat bersaing tanpa ada isu kekerasan seksual yang begitu tabu didengar. Tugas berat pemerintah untuk menimbang dan mempertimbangkan hal tersebut. Jangan sampai yang berkualitas justru diabaikan tanpa fasilitas, sedangkan yang tidak berkualitas tetap dipelihara tanpa ada pengawasan ketat. 

Refensi : Wikipedia.org

by : Radian Nugraha Ginting






Saturday, May 10, 2014

Calm Politic Sosok Joko Widodo

Jokowi. Begitulah masyarakat menyebutnya. Jokowi yang mempunyai makna " Joko Widodo " adalah seorang tokoh politik yang dilahirkan di Surakarta, 21 Juni 1961. Ia pernah menjabat sebagai walikota Surakarta untuk dua kali masa bakti 2005-2016. Sebutan Jokowi berasal dari para customernya di luar negeri. Penampilannya yang pas-pasan dan terkesan sederhana tak mengurangi kepercayaan masyarakat untuk mengusungnya sebagai gubernur DKI Jakarta pada pemilu tahun 2012. Perjalanan politik Jokowi berawal ketika beliau menjabat sebagai Ketua ASMINDO periode 2002-2005 yang anggotanya para pebisnis kayu dan meubel. Anggota dari ASMINDO meminta Jokowi untuk terjun ke dunia politik sebagai calon walikota Solo. Gaya blusukan yang ia pertontonkan menjadi sebuah icon politik baru. Selalu dekat dengan masyarakat dan selalu menjadi pendengar yang baik bagi masyarakatnya menjadikan Jokowi seperti bintang baru yang dielu-elukan masyarakat. Kiprahnya kembali melejit ketika beliau ikut mempromosikan ESEMKA (Produk otomotif Indonesia) kepada seluruh masyarakat Indonesia. Seakan tak puas menjadi walikota Solo, beliau dengan percaya diri berani mengambil kesempatan menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Fauzi Bowo, dengan memilih wakil Basuki Tjahja Purnama. 

Hal menarik lainnya yang selalu tersirat dalam diri pak Jokowi ialah sikap ademnya dalam menghadapi permasalahan yang ada. Berbagai isu-isu yang dikabarkan media, dimana telah terjadi kecurangan dalam pilgub tak menyurutkan niatnya mengabdi terhadap Ibukota tanah air. Jawaban-jawaban yang menarik, dengan tenang beliau lontarkan kepada wartawan. Jawaban yang sama sekali tidak politis namun lebih kepada arti yang sesungguhnya. Tak berkelok-kelok dan tidak menggunakan istilah yang memiliki arti ambigu. Sewajarnya politisi memiliki sikap berkobar, punya jawaban yang sulit dimengerti demi menunjukkan kualitas diri. Namun pak Jokowi memiliki calm politic yang menunjukkan kualitas diri. Diam tapi bertindak, mungkin kalimat tersebut yang pantas disematkan kepadanya. Tak banyak bicara namun ada hasilnya. 

Bersama dengan wakilnya, beliau bersinergi dan menciptakan suatu kesatuan yang harmonis dimata masyarakat. Tak ada perdebatan, tak ada guncingan ataupun ketegangan politik antar keduanya. Saling melengkapi dan tetap berkarya. Perbedaan latar belakang SARA antara keduanya tak menjadi masalah yang berarti. Sama-sama tak mempermasalahkan dan sama-sama tak mempersoalkan. Dibalik sisi keademan Jokowi beliau dilengkapi oleh wakilnya yang memiliki ketegasan dan keberanian dalam meminpin Jakarta. Pak Ahok, begitu biasa orang menyebutnya, muncul menjadi seorang hero yang mengabdi, memberi kebenaran, dan membentuk birokrasi baru, mengandalkan ketegasannya untuk memperbaharui DKI Jakarta. 

Jokowi telah menjadi sosok yang berarti bagi Indonesia. Beliau sanggup mengubah arti dunia perpolitikan Indonesia. Politik tak harus dusta, politik tak harus benci, politik tak harus ada oposisi, politik tak harus penuh dengan energi, politik tak selamanya bicara, namun politik itu adalah tindakan mulia. Dibalik ketenangannya, selalu ada sikap mulia untuk mengabdi kepada Negeri.

Referensi : http://bio.or.id/biografi-jokowi-joko-widodo/
                 http://jurnalisbosconian.blogspot.com/2012/11/sejarah-perjalanan-hidup-jokowi-atau.html

by : Radian Nugraha Ginting

Friday, May 9, 2014

Demokrasi atau "Democrazy"

Demokrasi sebagai sebuah ideologi yang memiliki arti etimologis berasal dari bahasa Yunani Demos ( Rakyat ) dan Kratos ( Pemerintah ). Menurut Abraham Lincoln, Demokrasi memiliki arti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dari hal itu tentu Demokrasi memusatkan perhatiannya terhadap rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi/superpower. Pemerintah hanya sebagai alat, sedangkan masyarakatlah yang menentukan arah kenegaraan suatu bangsa yang menganut ideologi Demokrasi. Pelaksaan demokrasi pada zaman yunani kuno sangat berbeda dengan pelaksanaan demokrasi saat ini. Pada zaman Yunani Kuno sering disebut sebagai demokrasi langsung dimana warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang menyangkut kehidupan bernegara.

Bangsa Indonesia telah mengadopsi sistem demokrasi. Indonesia pernah menganut demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila pada zaman orde baru. Namun, hingga hampir sepuluh tahun pasca perubahan politik reformasi 1997-1998, pelaksanaan demokrasi atau pemerintahan di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil dengan baik. Pelaksanaan pemerintah masih dalam kondisi yang berantakan dan terkadang menimbulkan chaos dalam masyarakat. Demokrasi yang terbentuk sejauh ini meminjam istilah Olle Tornquist yang berarti hanya menghasilkan golongan orang jahat, yang mementingkan kepentingan diri sendiri, bukan kepentingan rakyatnya sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia masih sebagai demokrasi yang dipimpin oleh pemerintahan yang diktator dan pengambilan keputusan oleh para elit pemerintahan saja. Tak heran bila masyarakat sering melakukan demonstrasi atau unjuk rasa menuntut hak mereka yang dilecehkan dan diabaikan. Demonstrasi sah-sah saja bagi pelaksanaan sistem demokrasi. Yang menjadi masalah saat ini adalah kerap terjadi demonstrasi yang melakukan tindakan anarkisme. Melakukan aksi penutupan jalan, pembakaran ban, hingga perusakan mobil-mobil aparat. Sesungguhnya, sistem demokrasi tidak menyarankan masyarakat untuk melakukan demonstrasi memberi aspirasi terhadap pemerintahan. Namun, mengingat kebebasan berpendapat yang sangat diakui, demonstrasi menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat mereka.
Aksi demonstrasi

Bukan masalah apabila aksi demonstrasi dilaksanakan dengan aman dan tentram yang tidak mengganggu masyarakat umum. Tindakan anarkis tersebut justru meresahkan masyarakat. Penutupan jalan tol, penutupan jalan-jalan vital. Itu merupakan aksi kegilaan pelaksanaan demokrasi yang tidak menimbang dampak-akibat dari setiap tindakan itu. Masyarakat lebih terlihat provokatif dan dendam terhadap pemerintahan demokrasi ini. Bukan memberi aspirasi, malah justru merusakan fasilitas umum dsb. Sebagai warga negara yang baik, kita harus pintar dalam menyampaikan pendapat. Kita harus bisa menempatkan diri didalam menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Sah-sah saja apabila dilaksanakan dengan aman dan tentram tanpa mengganggu kehidupan bermasyarakat.

Referensi : http://www.zainalhakim.web.id/sejarah-demokrasi.html
by: Radian Nugraha Ginting

Thursday, May 8, 2014

Dampak Besar Emansipasi

Kartini, wanita Indonesia yang harum namanya, telah merubah paradigma bahkan budaya pada masyarakat Indonesia. Penulis buku " DOOR DUISTERNIS TOT LICHT " terjemahan : Dari Gelap menuju Terang telah membuat paradigma baru menuntut hak perempuan sejajar dengan laki laki. Kartini menuntut wanita untuk dapat bersaing dengan siapapun bukan saja berdiam diri di rumah. Pada saat itu, kebudayaan yang dipercayai masyarakat begitu kental dan kuat, dimana terdapat anggapan wanita dilarang keluar pada malam hari. Jika dilanggar akan mendapat sanksi cemooh dari masyarakat. Pendidikan bagi wanita begitu sarat, bahkan tiada. Wanita muda yang mengenyam pendidikan di Europese Lagere School ( ELS ) melihat ini sebagai suatu ketidakadilan yang menyangkut martabat. Jauh pada zaman dahulu dituliskan bahwa wanita sangat direndahkan martabatnya. Bahkan, konon jika seorang ibu mengandung, dan anak yang dikandung berjenis kelamin perempuan, bayi tersebut ketika lahir akan dikubur hidup-hidup mengingat 'hina'nya kaum wanita. 
R. A Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita

Kartini pernah menuliskan " Dan siapakah yang dapat banyak berusaha memajukan kecerdasan budi itu, siapakah yang dapat mempertinggi derajat budi manusia. Ialah wanita, ibu, karena haribaan ibu itulah manusia mendapatkan didikannya yang mula-mula sekali ". Kartini hanya menginginkan kebebasan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya. Yang nantinya ilmu tersebut bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk mendidik anaknya kelak. " Ibu adalah guru yang pertama dan utama ", seorang anak akan mencontoh sikap, perilaku, dan setiap tindakan dari seorang ibu. Kartini juga selalu memesankan kepada kaum perempuan supaya jangan berputus-asa didalam memperjuangkan hak yang mulia. " Janganlah berputus asa dan janganlah menyesali untung, jangalah hilang kepercayaan hidup. Kesengsaran itu membawa nikmat tidak ada yang terjadi berlawanan dengan rasa kasih yang hari ini serasa kutuk, besoknya ternyata rakhmat. Cobaan itu adalah usaha pendidikan Tuhan ". Kegigihan R.A Kartini memperjuangkan emansipasi begitu berharga. Dampaknya terlihat saat ini. Wanita sudah sejajar dengan pria, dalam hal menuntut ilmu, pekerjaan, hak dan kewajiban dsb. Begitu banyak surat-surat yang ditulis kartini untuk memperjuangkan emasipasi bagi wanita. Dan semua tulisan tersebut telah berhasil dihimpun oleh J.H Abendanon yang ditemukan di Belanda. 

Bila kita bisa bayangkan masa-masa sebelum terjadinya emansipasi wanita terjadi pada saat ini, apa yang mungkin akan terjadi? Bisa dipastikan wanita-wanita Indonesia belum dapat bersaing dengan Laki-laki. Wanita tidak diperbolehkan keluar pada malam hari, tidak dapat mengenyam bangku pendidikan (karena itu hanya hak laki-laki ) dsb. Ini akan berdampak kepada anak-anak mereka, sosialisasi yang kurang baik akan dirasakan oleh generasi muda. " Ibu yang berpendidikan dan ibu yang tidak berpendidikan akan ada perbedaannya ". Tujuan mulia seorang Kartini ingin memajukan generasi muda intinya dan berupaya supaya Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lainnya di seluruh penjuru bumi.

by : Radian Nugraha Ginting

Wednesday, May 7, 2014

Apa Kabar Generasi Muda ?

Pendidikan merupakan lembaga sosialisasi sekunder yang menentukan masa yang akan datang. Bisa diramalkan perjalanan bangsa ini dengan melihat kualitas generasi muda pada saat ini. Dengan melihat seperti itu tentu kita bisa membayangkan bagaimana nasib bangsa kita dimasa yang akan datang jika kita melihat generasi muda kita di masa ini.

Belakangan ini kejahatan atau kekerasan seksual menjadi pemberitaan media yang utama. Sudah terungkap lebih dari satu kasus, bahkan ada kasus yang mencapai ratusan korban. Generasi kita sudah ternoda dan bahkan sangat memprihatinkan. Dibalik adanya kemungkinan intervensi bangsa asing yang ingin merusak generasi muda kita atau tidak, yang pasti pemerintah sudah ceroboh dan kecolongan dalam hal ini. Terlihat seperti menyepelekan kasus ini, padahal ini begitu penting daripada urusan yang lain. 

Kementrian Pendidikan Nasional sepatutnya mencari jalan ataupun tindakan darurat untuk membongkar kasus yang belum terungkap dan memikirkan cara bagaimana supaya kejadian yang sama tidak terulang kembali. Ini bukan masalah sepele yang tidak patut dipertimbangkan, justru ini yang terpenting dari segalanya. 

Penyelamatan akan generasi muda kita harus dilakukan oleh semua pihak, bukan saja pemerintah, tetapi masyarakat pun perlu dan harus melindungi anak-anak dari berbagai ancaman kekerasan yang menimpa generasi muda kita yang menjadi penerus bangsa ini. Jangan sempat terjadi kejadian-kejadian yang sama menimpa generasi kita lagi. Sekian

By : Radian Nugraha Ginting