Sunday, May 24, 2015

Pansel KPK

source : nasional.news.viva.co.id
Baru-baru ini Presiden Joko Widodo telah menunjuk Pansel KPK yang nantinya akan menyeleksi pimpinan KPK yang baru. Satu hal isu yang sering disebutkan yaitu ditunjuknya beberapa perempuan yang bergelut dibidang ekonomi dan hukum. Bagi saya pribadi tidaklah ada persoalan bila Presiden menunjuk beberapa perempuan menjadi pansel KPK semasih mereka kapabel di bidang tersebut. Pansel KPK intinya harus jauh dari maslaah korupsi itu sendiri dan tidak mudah di intervensi. Sebab pimpinan KPK nantinya yang akan terpiilih akan menentukan pemberantasan korupsi di Indonesia di masa yang akan datang. 



Bagi saya kriteria Pimpinan KPK nantinya ialah Jujur, tak pandang bulu, berani, tau hukum dan adil. Bukan berarti mereka-mereka yang terpilih nanti tidak berdosa melainkan setidaknya punya pendirian yang kuat dalam pemberantasan korupsi di tanah air. Korupsi di Indonesia seakan-akan sudah menjadi budaya dan berakar kuat di kalang elit kita. Supaya jangan sampai merambat kepada generasi muda, tentu harus ada pengawasan yang ketat dari pemerintah. Salah satu cara yaitu dengan tetap mempertahankan lembaga penegakan hukm terhadap kasus korupsi yaitu KPK. Setelah tertangkapnya Abraham Samad sang ketua KPK justru lembaga penegakan hukum ini seperti kehilangan nyalinya, terlebih gugatan praperadilan yang diajukan Budi Gunawan dipenuhi oleh hakim. KPK mulai lumpuh dan kehilangan keberanian untuk mengungkap kasus yang baru. Penyelidikan-penyelidikan KPK pun hilang dari pemberitaan setelah tertangkapnya beberapa komisioner KPK. 

Kini seluruh masyarakat kembali berharap lembaga penegakan hukum ini kembali bertaring menerkam mereka-mereka yang bersalah terhadap tindak pidana korupsi. Pimpinan KPK  yang akan datang harus berjuang lebih keras mengembalikan citra buruk KPK menjadi baik kembali, sehingga seluruh masyarakat dapat kembali percaya KPK dapat mengungkap kasus-kasus yang merugikan rakyat Indonesia. Mari kita sama-sama mendukung langkah peemrintah dengan sudah dibentuknya Pansel KPK masyarakat terus mengawasi serta memberikan saran dan kritik kepada mereka yang akan menyeleksi pimpinan KPK yang akan datang.

Wednesday, May 13, 2015

Isu Kocok Ulang Kabinet

Belakangan ini isu terhangat pemberitaan media ialah masalah resufle kabinet atau pengocokan ulang kabinet dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang dinamainya Kabinet Kerja. Dasar dari isu ini tentunya terkait dengan para menteri yang dinilai tidak memiliki prestasi selama enam bulan memimpin sebuah kementerian. Ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi terhadap Presiden Joko Widodo yang membuat isu ini begitu cepat muncul ke permukaan. Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan bahwasanya setiap hari setiap minggu dan setiap bulan kementerian di evaluasi. Ini berarti para menteri tidak bekerja sewenang-wenang melainkan tetap berkewajiban mempertanggungjawabkan kepada Presiden. Menurut saya pribadi, dalam kurun waktu enam bulan ini masih sangat prematur menilai kinerja dari seorang menteri. Kementerian identik dengan kebijakan jangka panjang, walaupun memang ada kebijakan jangka pendek. Kementerian-kementerian di bidang ekonomi yang paling disoroti oleh publik. Terkait dengan kenaikan harga bahan pokok serta naik-turunnya harga BBM inilah yang menjadi hal mengapa para menteri yang duduk di bidang ekonomi dipertanyakan kapasitasnya. 

Resufle (pengocokan ulang) kabinet bagi saya sangat diperlukan. Itu wujud pengawasan yang dilakukan Presiden terhadap para menteri. Namun harus dilihat pula seberapa lama mereka sudah bekerja. Merubah dari hal yang buruk menjadi hal yang baik bukanlah pekerjaan yang membutuhkan waktu harian atau mingguan, tetapi bulanan bahkan tahunan. Yang terpenting segala sesuatu yang dilakukan terpantau dan berproses. Jika menteri hidupnya santai, datang ke kantor telat dan tidak melakukan apa-apa itu bisa langsung dipecat saja oleh presiden, jangan lagi gunakan istilah resufle. Semasih menteri itu berproses saya kira ini masih baik. 

Bagi presiden Joko Widodo yang terpenting saat ini ialah secara seksama menilai seberapa berproses para menteri yang ada di jajarannya. Menteri-menteri yang kurang berproses bisa saja diberi teguran dan saran terlebih dahulu. Masalah resufle saya kira itu harus ada tahapannya. Menteri-menteri yang kurang produktif harus ditegur dan diberi saran terlebih dahulu. Jika hal itu tidak mengubah situasi maka dapat dilakukan resufle. Resufle memang hak prioregatif presiden, tapi masyarakat harus bertindak sebagai komentator yang menjadi dasar presiden bertindak.


Thursday, May 7, 2015

Berkunjung Ke Toko Buku

source : ferryfelani.blogspot.com
Belakangan ini saya sering berkunjung ke Toko Buku Gramedia Matraman untuk mencari dan juga membaca buku di sela-sela kesibukan kuliah. Toko buku yang lumayan besar ini tak pernah sepi dari pengunjung, baik mereka yang hanya membaca dan juga membeli buku serta peralatan tulis lainnya. Keberadaan toko buku sungguh amat baik bagi peradaban manusia, sebab buku juga mejadi simbol peradaban manusia yang sudah semakin maju. Munculnya penulis-penulis muda, editor-editor muda menandakan sebetulnya manusia-manusia Indonesia ini adalah manusia yang potensial. Trend masyrakat Indonesia untuk berkunjung ke toko buku menurut pengamatan saya sudah amat bagus. Tapi yang menjadi persoalan tingkatan usia yang membaca dan berkunjung ke toko buku itu rata-rata orang tua bukan anak muda. 



Buku adalah gudang ilmu, sehingga setiap orang yang ingin berilmu atau ingin menambah ilmunya wajiblah ia membaca buku. Pelajar-pelajar di Indonesia masih kurang mengkonsumsi buku bagi tambahan pengetahuan mereka. Sehingga inilah yang harus ditumbuhkembangkan bagi seluruh generasi muda. Pemerintah tidak hanya cukup menyediakan perpustakaan ditiap-tiap sekolah, melainkan harus mensosialisasikan apa manfaat dari buku bagi perkembangan diri mereka. Buku yang kita kenal sebagai simbol kebebasan ini akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan setiap orang. Alangkah baiknya apabila pelajar menyisihkan uang jajan mereka untuk membeli buku secara berkala. Sebab ilmu adalah harta yang tak berwujud namun takkan pernah hilang. 

Keberadaan perpustakaan yang nyaman pun akan memacu masyarakat untuk mau membaca. Di ibukota seperti Jakarta begitu mudah menemukan perpustakaan yang nyaman dan aman. Namun bagimana dengan nasib mereka yang tinggal di  daerah perkampungan yang jauh dari akses ke kota? Ini pula yang harus segera dipecahkan agar semua orang dapat berkunjung ke perpustakaan dan membaca dengan bebas. Mantan Wakil Presiden RI yang pertama Moh. Hatta pernah mengatakan " Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas ". Itulah mengapa saya mengatakan bahwa buku itu adalah simbol kebebasan. Seberapa terkekangnya pun seseorang ia akan bebas apabila tinggal bersama buku. Fisik boleh saja dipenjara namun pemikiran akan terus bebas. Itulah mengapa buku menjadi sangat bermanafaat bagi semua orang. Buku tak mengenal usia seseorang, yang pasti buku akan tetap bermanfaat bagi setiap orang. 

“Memasuki taman seperti membuka sebuah buku: ada lorong yang terang, pohon-pohon hijau yang tersusun seperti kalimat-kalimat yang teratur, atau tumbuh-tumbuhan yang liar terbiar, dan kita terpesona dengan warna-warna bunga, permukaan rata yang sedikit curam, pasir halus serta batu keras yang berlumut disalut waktu.” -- Baharudin Zainal

Saturday, May 2, 2015

Hardiknas : Perkecil Kesenjangan Pendidikan

source : rizkyattyullah.blogdetik.com
Hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional atau yang sering disebut Hardiknas. Dalam peringatan Hardiknas semua pelajar di seluruh Indonesia melakukan peringatan dengan berupacara bendera. Hari Pendidikan Nasional sepatutnya tidak hanya diperingati, namun juga harus dievaluasi apakah pendidikan di masa ini sudah berjalan maju, tetap ditempat, atau justru mundur ke belakang. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan pernah mengatakan " Bangsa yang besar bukan bangsa yang memiliki sumber daya alam yang besar, melainkan sumber daya manusia yang hebat ". Kalimat ini bagi saya tepat, bahwa manusia-manusia kitalah yang harus ditata sedemikian rupa agar bisa memanfaatkan sumber daya yang ada. Bayangkan apabila Indonesia ini disamping memiliki sumber daya alam yang melimpah juga memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dan handal di bidang IPTEK, tentunya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkembang pesat dan bukan tidak mungkin Indonesia kan menadi negara maju yang baru. 

Dalam peringatan Hardiknas ini isu yang penting bagi saya ialah kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan. Saya kira ini menjadi tugas berat pemerintah supaya pendidikan merata baik secara porsi dan fasilitas yang ada. Fenomena sekolah yang sudah tidak lagi layak digunakan masih sering kita dengar di media. Tentu ini menjadi tugas pemerintah memasang telinga serta melakukan tindakan sehingga apa yang layak mereka terima dapat mereka terima dengan baik. Jangan sampai ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat membuat para generasi muda kita melesu bahkan tidak concern terhadap dunia pendidikan. Sebetulnya begitu banyak masalah-masalah kependidikan, terkait dengan anak yang putus sekolah. Menurut saya, pemerintah tidak boleh tutup mata justru pemerintah harus bisa memperjuangkan mereka agar tetap dapat melanjtkan sekolah. Memang banyak faktor dibalik putusnya sekolah seorang anak diantaranya ketidakmampuan ekonomi dan kemalasan anak itu sendiri. Kedua-duanya menjadi PR pemerintah untuk menyelesaikannya. Sebab satu orang anak muda itu adalah aset berharga buat pemerintah. Lagi-lagi saya harus mengutip kata-kata dari Soekarno " Beri aku 10 anak muda maka akan kuguncang dunia ". Kalimat ini dapat merepresentasikan betapa berharganya seorang anak muda bagi bangsa ini. 

Program-program terkait dengan anak-anak yang kurang mampu pun harus tepat sasaran. Apa yang sudah dikeluarkan oleh Presiden seperti Karti Indonesia Pintar harus tepat sasaran. Jangan sampai mereka yang membutuhkan justru tidak mendapat bagian. Perjalanan program ini harus menjadi perhatian kita semua. Bukan tidak mungkin yang menerima kartu ini justru mereka-mereka yang rakus sehingga yang membutuhkan tidak mendapatkannya. Sejauh ini yang saya lihat program pemerintah terkait dengan pendidikan bagi mereka yang kurang mampu sudah cukup baik, namun harus terus diawasi agar tepat sasaran. Seperti uang UKT ( Uang Kuliah Tunggal ) di perguruan tinggi dapat dimusyawarahkan sesuai dengan kemampuan keluarga. Juga program bidik misi yang ditawarkan pemerintah begitu menarik bagi mereka yang kurang mampu. 

Diakhir tulisan ini saya mau berpesan kepada seluruh masyarakat, kita harus peduli terhadap dunia pendidikan. Apapun ilmu yang dienyam generasi muda saat ini, itulah yang akan mereka bawa dalam pembangunan bangsa ini kedepan. Bayangkan bila generasi muda tidak mengenyam pendidikan yang baik, maka tentu bangsa ini kedepan tidak akan pernah baik. Ingat sekali lagi perkataan Anies Baswedan yang saya kutip diatas tadi, bahwasanya bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dan berkualitas. Selamat Hari Pendidikan Nasional.