Wednesday, March 28, 2018

Mengubah Footnote Menjadi Bodynote Bukan Pekerjaan Yang Mudah


Tulisan ini bukan sebuah tulisan yang akan mengajarkan anda semua tentang footnote dan bodynote. Tulisan ini dibuat bukan dengan tujuan memberikan anda tutorial mengubah footnote menjadi bodynote. Tulisan ini juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelajaran bahasa Indonesia. Jadi jangan salah kaprah terlebih dahulu dengan tulisan ini hehehe. Apa yang saya tulis dalam artikel ini hanyalah sebuah curahan hati yang hendak saya ingin bagikan kepada anda semua.

Apa yang akan saya tulis beberapa paragraf kebawah bercerita tentang ‘zona nyaman’. Loh, kok tidak ada hubungan dengan judul ya? Kenapa judulnya tentang footnote dan bodynote lalu inti sarinya tentang zona nyaman? Sebentar, saya akan menceritakannya terlebih dahulu. Kemarin, saya mendapat jarkoman dari ketua konsentrasi terkait dengan penulisan skripsi. Ada perubahan mendasar yang selama ini menggunakan footnote dalam penulisan referensi resmi diubah menjadi bodynote. Bagi anda semua mungkin ini adalah biasa-biasa saja. Tapi bagi setiap mahasiswa yang sedang dan sudah menulis skripsi menggunakan footnote hal ini tentu menjadi suatu berita buruk. Karna mau tidak mau, suka tidak suka aturan tetaplah harus diikuti. Ketika ada pengumuman seperti itu, mulailah setiap mahasiswa bergumam ini dan itu. Mahasiswa mengeluhkan kebijakan baru tersebut karna sebagian besar diataranya telah menulis skripsi menggunakan footnote. Dan sebagian lagi mengaku tidak mengerti menulis menggunakan bodynote, termasuk saya hehehe.

Kebiasaan saya menulis skripsi menggunakan footnote lantas membuat saya nyaman dengan hal itu. Yang membuat saya nyaman ialah karna saya sudah mengerti dan memahami cara penggunaannya. Seketika muncul suatu aturan baru yang saya belum mengerti cara penggunaannya menarik saya harus keluar dari zona nyaman tersebut. Nah, ini merupakan gagasan inti dari artikel ini. Kondisi yang nyaman memang membuat setiap orang akan sulit berpindah ke hal-hal yang baru. Walaupun sebenarnya hal-hal baru tersebut belum tentu sulit juga, bahkan bisa jadi lebih mudah dari sebelumnya. Tapi, untuk menerima hal-hal baru itu butuh waktu dan proses yang tidak pendek. Yang saya ingin sampaikan dalam tulisan ini, keluar dari zona nyaman kita memang membuat setiap orang akan canggung kembali apabila diperhadapkan kepada hal-hal yang baru. Karna hal-hal baru tersebut belum dipahami dengan benar oleh orang tersebut. Tetapi, setiap makhluk hidup seperti manusia memiliki kemampuan adaptasi akan hal-hal baru. Walaupun kemampuan adaptasi ini pada setiap orang berbeda cepat dan lambatnya. Cara ampuh untuk beradaptasi yang baik ialah tetaplah bertahan pada situasi tersebut dan pelajari dengan sebaik-baiknya kondisi baru tersebut. Cepat atau lambat kita akan mulai terbiasa dengan hal baru tersebut. Salah satu trik jitu lagi yaitu terima kenyataan. Move On! Sama saja seperti kisah percintaan yang sudah membuat seseorang nyaman. Bukan perkara mudah untuk dihadapi apabila diperhadapkan pada cerita perpisahan. Tetapi dengan menerima kenyataan yang ada itu akan banyak membantu untuk lepas dari perasaan itu.

Sejatinya setiap manusia memang harus pandai beradaptasi, karna kondisi sekelilingnya akan selalu berubah. Mahluk hidup yang tidak dapat beradaptasi dengan baik maka ia tidak akan dapat bertahan hidup. Jadi, untuk semua mahasiswa yang sedang galau atau bingung dengan perubahan ini. Yuk, bersama-sama kita belajar hal baru ini. Ingat untuk dapat terbiasa dengan hal baru kita harus bertahan dalam hal tersebut dan pelajari dengan baik. Ini bukan suatu kemustahilan tetapi ini adalah sebuah keniscayaan. Stop arguing, just do it!

Sekian artikel ini, mohon maaf jika dirasa terlalu dilebih-lebihkan. Saya menulis ini karna seketika terlintas dalam pikiran saya. Artikel ini hanyalah suatu ungkapan perasaan dan pikiran yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Terima kasih...

Cipinang, 29 Maret 2018

Tuesday, March 6, 2018

Salahkah Sebuah Negara Berutang?


Belakangan ini banyak yang membicarakan besarnya utang indonesia yang mencapai Rp.4.636,555 triliun atau 347,3 miliar dollar AS dalam kurs Rp.13.350 per dollar AS (Harian online Kompas 16 Januari 2018). Utang yang sedemikian besar ini dianggap sebagian masyarakat sebagai sebuah kegagalan pemerintah mengoptimalkan sumber daya. Isu ini pun semakin berkembang ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendapatkan penghargaan sebagai Menteri Terbaik Dunia/Best Minister in The World dalam forum World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab. Banyak yang tidak menyangka mengapa penghargaan tersebut diberikan kepada seorang Menteri Keuangan RI di tengah menggunungnya hutang pemerintah. Dalam artikel singkat ini saya akan memaparkan apa yang saya ketahui tentang isu ini.

Negara dalam sudut pandang ilmu ekonomi memiliki kesamaan dengan sebuah perusahaan. Dimana sebuah perusahaan harus mengelola aset yang ia miliki untuk menghasilkan pendapatan demi kesejahteraan dan kemakmurannya. Hal yang sama berlaku bagi sebuah negara. Sesuatu yang lumrah pula apabila sebuah perusahaan berhutang kepada pihak lain untuk dapat lebih mengembangkan kegiatan usahanya. Hal yang sama juga berlaku bagi sebuah negara. Terdapat dua motif berutang. Yang pertama utang konsumtif. Yaitu utang yang digunakan untuk tujuan konsumsi atau memenuhi kebutuhan. Yang kedua utang produktif. Yaitu utang yang digunakan untuk tujuan produksi/menciptakan keuntungan. Intinya berhutang tidak ada masalahnya apabila manfaat secara ekonomi masih dapat dimaksimalkan.

Menurut saya utang Indonesia masih dalam kategori wajar. Rasio utang Indonesia terhadap PDB menurut Sri Mulyani dalam harian online Antara News berkisar 29,2%. Mengapa masih dalam kategori wajar? Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia dan dunia rasio utang Indonesia masih masuk ke dalam kategori yang rendah. Jepang salah satu negara maju mempunyai rasio utang lebih dari 200% dari PDBnya. Singapura negara tetangga di kawasan ASEAN memiliki rasio utang lebih dari 100%. Oleh sebab itu rasio utang yang besar tidak dapat menjadi indikator kegagalan bagi suatu negara di dalam mengelola ekonominya. Apalagi Indonesia memiliki tingkat rasio yang jauh lebih rendah dibandingkan negara tersebut.

Logika pikir saya sederhana. Memiliki utang bukanlah sebuah dosa besar bagi sebuah negara. Karena utang sama sekali tidak memiliki citra negatif semasih hutang tersebut dapat dilunasi sesuai dengan jatuh tempo dan lancar dalam hal pembayarannya. Hal ini sama saja dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai contoh, pelaku usaha berhutang untuk kemajuan usaha yang didirikannya. Secara langsung usaha tersebut akan berkembang dan menghasilkan keuntungan sehingga utang tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Begitupun sebuah negara. Memiliki utang tidak menjadi masalah selagi utang tersebut dipergunakan dalam bidang-bidang yang menguntungkan dan tentunya menyejahterakan rakyat.

Lalu, apakah rasio hutang yang hampir mencapai 30% itu tidak beresiko bagi Indonesia?
Utang tentu memiliki resiko. Namun, besaran resiko tentu sesuai dengan besaran utangnya. Resiko utang 10 juta tentu berbeda dengan resiko utang 1 juta. Seperti yang sudah saya paparkan diatas rasio hutang Indonesia masih tergolong sangat rendah. Tentu resiko hutangnya pun rendah. Rasio utang Indonesia 29,2% itu berarti apabila PDB Indonesia Rp.10.000.000 maka utangnya hanya Rp.2.920.000. Dapat dibayangkan dengan akal sehat maka jumlah tersebut masih dalam kategori wajar dan aman.

Apakah dengan rasio hutang hampir 30% tidak mengubah iklim investasi menjadi buruk?
Tentu saja tidak. Secara sederhana dapat digambarkan seperti seseorang yang hendak berutang dalam membeli rumah dan sebagainya. Apabila pembayaran dilakukan secara lancar dan tidak ada tunggakan yang terjadi tentu pihak pemberi utang akan percaya. Inilah yang disebut dengan trust. Bahkan dengan kepercayaan tersebut pemberi utang masih menawarkan pinjaman yang lebih besar dari sebelumnya apabila dirasa masih sesuai dengan kemampuannya. Begitupun dengan Indonesia, seberapa besar pun utang Indonesia tentu tidak menjadi masalah apabila utang tersebut masih dapat ditangani dengan baik. Tentu ini akan menjadi daya tarik sendiri bagi investor yang menganggap bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang dapat dipercaya sebagai tempat investasi. Dengan demikian rasio hutang tidak ada hubungannya dengan iklim investasi di suatu negara. Dengan syarat utang tersebut masih dapat dipertanggungjawabkan dan diatasi dengan baik.

Di akhir artikel ini saya ingin menekankan bahwa utang yang besar bukan menjadi indikator kegagalan ekonomi suatu negara. Selagi utang tersebut dapat dimanfaat semaksimal mungkin secara ekonomi maka tidak ada yang perlu diperdebatkan. Tentu jika hal ini terjadi, pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat.

Tuesday, February 14, 2017

Yang Terbaik Untuk Jakarta

Hari ini merupakan hari bersejarah untuk DKI Jakarta. Karena hari ini seluruh warga DKI Jakarta menentukan pilihan siapa yang nantinya akan memimpin ibukota lima tahun yang akan datang. Warga DKI Jakarta disuguhi oleh tiga pilihan pasangan calon yang hendak merebut hati masyarakat. Paslon No.1 Agus Harimurti Yudhoyono & Sylviana Murni, Paslon No.2 Basuki Tjahaja Purnama & Djarot Saiful Hidayat, serta paslon No.3 Anies Baswedan & Sandiaga Uno. 

Masa kampanye telah berlalu, setiap pasangan calon menyerahkan sepenuhnya kepada pilihan rakyat. Apabila kelak diberi mandat oleh warga DKI Jakarta mereka berjanji akan segera menunaikan janji-janji kampanye yang terlontar dari hati dan pikiran mereka. Kesejahteraan masyarakat DKI Jakarta menjadi sorotan dan menjadi titik perhatian yang amat sangat diperhatikan oleh pasangan calon. Misi strategis pun diciptakan untuk dapat membuat masyarakat DKI Jakarta sejahtera. 

Pilkada DKI Jakarta tahun ini memang berbeda dengan Pilkada sebelumnya. Pilkada tahun ini lebih tercium isu-isu primordial yang hendak menjatuhkan lawan politik. Serangan-serangan fajar banyak dilontarkan untuk menyerang pihak lain. Aksi yang sempat terjadi untuk menolak salah satu paslon sangat ramai diperbincangkan yang membuat masyarakat terbagi-bagi dan terpecah belah. Namun menurut saya itu hanyalah euphoria politik pilkada semata. Pada dasarnya masyarakat Jakarta khususnya sudah dapat menentukan dengan cerdas siapa gubernur pelayan masyarakat yang pantas untuk dipilih dan pantas untuk memimpin DKI Jakarta lima tahun kedepan. Isu-isu strategis tentang kemajuan ibukota masih banyak yang harus diselesaikan. Oleh karena itu saya yakin rakyat Jakarta cerdas memilih yang terbaik untuk Jakarta. 

Pertaruhan Rakyat Jakarta
Gubernur yang kelak terpilih nanti merupakan gubernur yang akan melayani masyarakat Jakarta lima tahun ke depan. Lima tahun bukan merupakan waktu yang singkat, sebab harapan dan cita-cita masyarakat Jakarta dapat diwujudkan dengan kurun waktu tersebut. Oleh sebab itu masyarakat harus dengan pertimbangan serius melihat visi dan misi yang dibawa oleh masing-masing paslon yang sekiranya dapat dieksekusi dan langsung dirasakan oleh masyarakat Jakarta. 

Radian Nugraha Ginting
Jakarta, 15 Februari 2017

Monday, July 11, 2016

Balikpapan

Image result for Balikpapan
source : kotabalikpapan.wordpress.com
Beberapa hari yang lalu, saya baru saja kemabali ke Jakarta setelah tujuh hari berlibur ke salah satu kota di Pulau Kalimantan yaitu Balikpapan. Saya memutuskan untuk berlibur mengingat ada keluarga yang tinggal disana. Sebelumnya saya sudah pernah kesana pada tahun 2009 silam. Kesan pertama yang saya dapatkan ketika menginjak kota Balikpapan dimulai dari bandara ialah bandara yang modern dan ramah lingkungan. Mengingat bandara sepinggan ini sangat memanfaatkan energi yang ada. Hampir keseluruhan ruangan dilapisi kaca. Dengan hal ini pada siang hari tidak dibutuhkan pencahayaan tambahan dari lampu sehingga boleh dikatakan irit listrik. Bukan hanya itu, dengan memanfaatkan sistem fentilasi yang ada, beberapa ruangan juga ada yang tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan (Air Conditioning) sehingga bandara ini dapat dikatakan sangat ramah lingkungan, namun tidak mengesampingkan kesan modern yang ada.

Beranjak dari bandara menyusuri jalanan ibukota Balikpapan, saya tersadar kota ini ada yang berbeda dengan Jakarta. Sangat terkesan nyaman dan aman. Kemacetan merupakan salah satu pembeda kota ini dengan kota-kota besar lainnya contohnya Jakarta. Di setiap jalanan tidak ada antrian kendaraan yang dipertontonkan. Para pengguna jalan tertib mematuhi peraturan yang ada. Saya sempat bertanya dalam hati biasanya di Jakarta hampir di setiap lampu merah ada polisi yang berjaga. Sedangkan di kota Balikpapan ini hampir sulit kita menemukan Polisi. Bagi saya ini merupakan sebuah indikator yang dapat menyimpulkan kota ini sudah aman dan nyaman bagi masyarakat yang ada di dalamnya.
Perbedaan lainnya yang saya temukan ialah tidak adanya Pengemis yang berlalu lalang di lampu merah maupun perempatan jalan. Saya tidak mengerti apakah ada peraturan tegas dari Pemerintah Daerah dalam hal ini atau tingginya kesejahteraan masyarakat yang membuat tidak ada pengemis yang berlalu –lalang. Tapi yang jelas tidak ada saya temukan seorang pengemis dan peminta-minta pun di jalanan kota Balikpapan.

Sisi lain yang saya soroti dari kota Balikpapan ialah tata kota yang menurut saya sudah cukup baik. Pusat kota dan perkantoran dipisah. Dalam zona perakantoran berdiri gedung-gedung instansi pemerintah dan swasta, sedangkan di pusat kota terdapat gedung-gedung perbelanjaan dan public area. Dengan tata ruang yang baik tentu kenyamanan akan tercipta. Zona pemukiman penduduk sangat jauh dari kegiatan industri dan perdagangan. Bahkan yang lebih mengagumkan lagi ialah taman yang tersedia bagi warga Balikpapan yang ingin berolahraga dan menikmati di pagi hari. Dengan pepohonan yang berdiri gagah, fasilitas olahraga serta gazebo yang dapat digunakan masyarakat membuat setiap orang yang menikmatinya senang.

Hal lain yang berbeda dengan kota-kota lain pada umumnya ialah angkutan kota. Di kota Balikpapan boleh dikatakan sulit menemukan angkutan kota berlalu-lalang. Faktornya ialah masyarakat yang jarang menggunakan angkutan kota dalam bepergian. Dari sudut pandang ekonomi hal tersebut terjadi karena masyarakat pada umumnya memiliki kendaraan pribadi yang artinya kesejahteraan masyarakat cukup tinggi.

Sisi lain yang berlawanan ialah krisis ekonomi yang dialami Balikpapan belakangan ini. Hal ini saya dapatkan dari pengakuan beberapa saudara saya yang ada di sana. Mayoritas masyarakat Balikpapan bermatapencaharian dari sektor minyak dan gas. Anjloknya nilai minyak dan gas dunia sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia khusunya Balikpapan. Banyak pekerja yang selama ini dipekerjakan di luar negeri akhirnya dirumahkan oleh masing-masing perusahaan. Sehingga  banyak yang kehilangan pekerjaan. Tentu ini sangat berdampak secara ekonomi.

Apa yang saya ungkapkan diatas, secara keseluruhan Balikpapan sebagai sebuah kota patut dicontoh oleh kota-kota lain. Kota yang layak dihuni dapat disematkan kepadanya mengingat kota ini juga beberapa kali telah memenangkan adipura. Kondisi yang aman dan nyaman sangat diidam-idamkan oleh seluruh masyarakat dan itu telah di wujudkan oleh Balikpapan saat ini. Semoga terus dan tetap baik kedepannya. 

Saturday, June 25, 2016

Kapolri Baru, Harapan Baru

Image result for polri
source : polri.go.id


Untuk mengakhiri minggu ini saya membuat tulisan tentang pencalonan Komjen Pol. Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang ditunjuk langsung oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya Kepala Kepolisian Republik Indonesia dijabat oleh Jenderal Pol. Badrodin Haiti. Terlepas dari siapapun yang diajukan Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Pol. Badrodin Haiti sesungguhnya masyarakat menginginkan agar Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) semakin baik dari yang sebelumnya.

Sejauh ini menurut pengamatan saya pribadi kinerja yang ditunjukkan oleh Jenderal Pol. Badrodin Haiti selaku Kepala Kepolisian Republik Indonesia sudah baik. Terlihat dengan jelas peran Kepolisian dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam negeri. Dalam kasus pemboman sarinah pada awal tahun 2016 contohnya terlihat jelas kerja dari kepolisian kita. Meski sempat kecolongan namun situasi Jakarta tetap terkendalikan. Selama kepemimpinan Jenderal Pol. Badrodin Haiti, POLRI tetap menunjukkan kenetralan selaku penegak hukum di tanah air. Memang masih ada yang harus diperbaiki untuk membuat POLRI semakin baik lagi kedepan, namun secara keseluruhan menurut saya sudah cukup baik.

Memasuki masa purnabakti kursi Jenderal Pol. Badrodin Haiti akan diisi oleh Komjen Pol. Tito Karnavian yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya. Disamping semua pertimbangan Presiden Joko Widodo memilih dan menunjuk langsung calon tunggal Kapolri sebenarnya terbersit harapan yang amat besar bagi POLRI kedepannya. Kepolisian yang selama ini mempunyai stigma negatif dalam masyarakat sebaiknya dirubah menjadi stigma positif yang benar-benar mengayomi masyarakat. Selama ini stereotype yang berkembang adalah polisi bisa disogok, polisi hanya ingin uang, urus ini dan itu butuh pungli dan lain-lain. Ini yang menjadi tugas berat Kapolri kedepan bagaimana membuat lembaga Kepolisian semakin baik dan jauh dari stigma negatif yang ada pada masyarakat. Satu hal menarik yang dikatakan oleh Komjen Pol. Tito Karnavian saat dilaksanakannya fit and proper test bersama dengan Komisi III DPR RI ialah Reformasi Internal Kepolisian. Menurut saya ini adalah jawaban yang penting dilakukan untuk merubah stigma-stigma yang disebutkan diatas menjadi persepsi yang baru dalam masyarakat. Polisi bukan lagi menjadi ‘badut setan’ yang menakuti masyarakat namun menjadi pengayom dan pelindung masyarakat. Selama ini mungkin apabila ada kehilangan barang berharga sungguh tiada gunanya melapor ke Polisi karena ujung-ujungnya pasti butuh pungli/sogokan agar di investigasi. Kedepannya kami masyarakat berharap Polisi bisa menjadi benteng yang melindungi masyarakat, berada di garda terdepan dalam penegakan hukum, dan tidak memandang bulu dalam penegakan hukum tersebut. Yang salah sebaiknya dihukum, dan yang benar sebaiknya dibela. Pada akhirnya, apabila hal ini terwujud,citra POLRI akan semakin baik dan kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi pada lembaga ini. 

Thursday, June 23, 2016

Fenomena Bulan Ramadhan

Baju baru, sepatu baru, tas baru dan semua barang baru menjadi perburuan masyarakat di setiap bulan ramadhan menuju perayaan hari raya lebaran bagi umat muslim di Indonesia. Tidak usah heran, apabila berkunjung ke pusat perbelanjaan di Jakarta anda akan terkesima dengan gerombolan manusia yang sedang berbelanja. Di lain sisi, penjual barang pun dengan sigap membuat pesta diskon yang sangat diminati masyarakat. Keadaan inilah yang secara tidak langsung membuat jalanan ibukota semakin padat. Bukan saja diwaktu menjelang buka puasa, pagi dan siang hari pun demikian padatnnya.

Fenomena ini bukan baru kali ini terjadi. Sejatinya tiap tahun hampir sama, namun dengan tingkatan yang berbeda. Menurut saya berbelanja mempersiapkan diri dalam perayaan hari raya lebaran sudah menjadi tradisi yang membudaya dalam masyarakat. Sejatinya mereka berbelanja bukan saja untuk mempersiapkan diri mereka sendiri, melainkan untuk membeli cinderamata kepada sanak saudara. Momen tahunan ini dimanfaatkan oleh banyak orang yang bertandang ke Jakarta untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara mereka yang berada di kampung halaman seraya  menunjukkan kesuksesan mereka mengadu nasib di Jakarta.

Tradisi yang muncul di bulan ramadhan bukan hanya berbelanja, pulang ke kampung halaman atau yang lebih sering disebut mudik bukan menjadi hal yang langka. Tidak heran di hari raya lebaran Jakarta terasa sepi tidak seperti biasanya, sedangkan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk beberapa propinsi di Sumatera menjadi kelabakan dengan serbuan pemudik yang memanfaatkan momen tersebut. Setiap tahun masing-masing pemerintah propinsi yang berada di pulau jawa mempersiapkan infrastruktur demi keamanan dan kenyamanan pemudik. Perbaikan jalan, persiapan posko kesehatan, dan pelayanan lainnya dipersiapkan untuk menyukseskan tradisi mudik bagi masyarakat. Hal lain yang sering kita dengar dalam pemberitaan media terkait dengan informasi mudik ialah kecelakaan lalu lintas. Setiap tahun selalu ada korban jiwa baik yang meninggal, kritis, maupun luka-luka ringan. Entah mengapa disamping persiapan yang banyak dilakukan kecelakaan lalu lintas tetap saja terjadi pada musim mudik. Bersamaan dengan tulisanini saya pun hendak mengingatkan pemudik yang hendak pulang ke kampung halaman agar tetap berhati-hati serta menjaga kesehatan tubuh dalam perjalanan dan manfaatkan posko-posko pelayanan yang telah disediakan.


Akhir kata, bulan ramadhan yang menjadi bulan kemenangan bagi umat muslim di seluruh dunia khususnya Indonesia harus membawa kedamaian, kebaikan, kebajikan bagi kita semua. Perbuatan, perilaku, pikiran dan perkataan yang selama ini mungkin belum baik dalam momen ini haruslah kita rubah demi kebaikan bersama. Sejatinya manusia tiada yang sempurna, namun tetaplah kita berada pada jalan menuju kesempurnaan. ~ 

Tuesday, August 11, 2015

Inovasi yang Berbuah Kecemburuan

Image result for gojek
source : popkoreanshop.com
Di awal penemuannya seakan menjawab keinginan dan dambaan masyarakat khususnya di ibukota dalam bertransportasi yang aman dan nyaman. Tidak perlu rumit apabila memerlukan armada transportasi motor atau sering disebut ojek. Kini dengan menyentuh layar ponsel menggunakan aplikasi gojek, setiap masyarakat akan dilayani dengan ramah, nyaman, harga yang sesuai dan menyenangkan. Selama ini masyarakat yang sering bepergian dengan menggunakan ojek harus melangkah ke pangkalan ojek terdekat pada lokasi masing-masing. Setelah itu harus pula tawar-menawar dengan tukang ojek tersebut. Yang lebih parah terkadang di saat sangat membutuhkan tidak ada tukang ojek yang mangkal. Pengguna ojek pun belakangan ini khawatir dengan keamanan tukang ojek sebab kerap terjadi pembegalan, pemerkosaan dan sebagainya yang dilakukan oleh tukang ojek itu sendiri. Kini Gojek sebuah perusahaan jasa transportasi motor tersebut menawarkan transportasi yang menepis keluhan dan kekhawatiran masyarakat. Istilah everytime available layak disematkan kepada gojek, karena setiap saat, kapanpun dan dimanapun penumpang, gojek akan selalu ada melayani masyarakat.

Gojek merupakan sebuah inovasi yang merubah tatanan dunia keojekan. Seperti yang sudah disebutkan tadi diatas selama ini penetapan tarif ojek dilakukan berdasarkan tawar menawar antara pengojek dengan penumpang. Kini penumpang tidak lagi harus bersitegang untuk menyesuaikan tarif dengan pengojek, harga ditetapkan berdasarkan jarak (distance fare)

Lapangan Kerja 
Harus kita akui adanya perusahaan baru yang bergerak di bidang transportasi tersebut membutuhkan tukang ojek dan posisi lainnya. Yang berarti ada kesempatan kerja bagi mereka yang belum memiliki perkerjaan. Tukang ojek yang selama ini beroperasi secara konvensional pun bisa bergabung dengan gojek. Hal ini tentu secara sosial dan ekonomi berdampak positif membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan bagi para penganggur. Para pelamar beberapa minggu ini memadati kantor Gojek yang berada di Jakarta Pusat dengan membawa lamaran mereka untuk mengisi beberapa posisi. Ratusan pegawai nantinya akan siap dipekerjakan di perusahaan tersebut.

Penolakan Tukang Ojek Konvensional
Setelah hadirnya Gojek sebuah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi ojek, timbul penolakan dari para tukang ojek konvensional (mangkal). Mereka merasa tersaingi akibat berdirinya usaha ini. Di jejaring sosial marak diberitakan Pengendara Gojek di beberapa tempat tidak diizinkan melintasi daerah yang menjadi tempat ojek konvensional mangkal. Bahkan di beberapa tempat terjadi kekerasan terhadap pengendara Gojek. Hal ini jelas merupakan sebuah kecemburuan dari tukang ojek konvensional yang merasa lahan mereka dihabisi. Sebetulnya mereka sangat bisa bergabung dengan Gojek, sama-sama diuntungkan dengan prinsip bagi hasil yang diterapkan Gojek. Segala fasilitas diberikan, dan mereka tidak perlu menunggu penumpang terlalu lama. Banyak pula tukang ojek yang mangkal di pangkalan ojek hanya sibuk bermain gaple menanti-nantikan penumpang. Dengan bergabung dengan gojek, saya pribadi yakin penghasilan mereka akan semakin tambah karena penumpang akan diberikan kepada mereka tanpa menunggu.